Selasa, 16 Juni 2009

Jalan-jalan di Palestina

Judul Buku : Jalan-Jalan di Palestina
Penulis : Raja Shehadeh
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
237 halaman
Cetakan : Pertama, 2008

Kini masyarakat dunia telah menyaksikan kebiadaban pendudukan yang dilakukan Israel di Palestina. Israel membabi-buta membabat habis tanah dan kota-kota yang menjadi hak bangsa Palestina. Sesumbar sang mantan Perdana Menteri Ariel Sharon bahwa “kami akan membuat peta negeri yang baru” sungguh menjadi kenyataan. Anehnya, tak ada yang bisa mencegah dan memberikan sanksi serius kejahatan kemanusiaan itu. Jerit jutaan bangsa Palestina hilang ditelan bising alat-alat besar yang menggusur pemukiman mereka.
Rangkaian kenyataan itu bagaimanapun merupakan kepedihan yang mendalam bagi bangsa Palestina. Kondisi yang terus dibiarkan memburuk itu tidak lepas dari permainan dari negara-negera Barat dan Amerika, yang sengaja membiarkan Palestina terhapus dari peta dunia. Hal ini bisa dilihat dari beberapa perjanjian yang dilakukan antara Palestina dan Israel yang selalu gagal dan dilanggar sendiri oleh Israel. Dan tidak ada sanksi apa-apa bagi pelanggarnya.
Sekarang kita mungkin hanya bisa menyaksikan kenyataan bahwa tanah Palestina hampir habis dicaplok Israel. Kota-kota tinggal kenangan. Pembangunan pemukiman Israel dipaksakan di tengah-tengah teritori warga Paletina. Narasi pilu menghilangnya nama kota-kota itu dituturkan oleh Raja Shehadeh, penulis asal Ramallah, Paletina, dalam buku berjudul Jalan-Jalan di Palestina - Catatan atas Negeri yang Menghilang ini. Buku yang baru saja memperoleh Orwell Prize ini merupakan kesaksian yang jujur dan penuh emosi, ditulis dengan gaya bercerita santai dan enak dinikmati.
Buku ini hadir sebagai kisah nyata (true story), kenangan berdasarkan perjalanan hidup Shehadeh selama 26 tahun. Selama itu Shehadeh menyaksikan perubahan signifikan tentang perbukitan hijau yang ia lihat sejak dilahirkan hingga kota-kota baru produk Israel yang ia saksikan hari ini. Semuanya terjadi dalam tempo singkat. Ia seperti saksi yang hanya bisa memperjuangkan sisa masa tuanya bersama rakyat Palestina untuk mempertahankan tanahnya. Koran The New York Times memberi pujian karena “hanya sedikit orang Palestina yang mau terbuka dengan kejujuran seperti yang dimiliki Raja Shehadeh”. Pembaca juga bisa mengetahui potongan sejarah yang mungkin tak pernah disebutkan dalam sumber literatur lain tentang Palestina.
Catatan perjalanan ini dibagi menjadi enam bab. Penuturan peristiwa-peristiwa di dalamnya runtut dan santun. Perjalanan yang dimulai pada 1978 dan berakhir tahun 2006 mempunyai rutenya sendiri, dengan pengalaman yang unik di setiap bab, sesuai konteks waktu dan latar belakang cerita. Semua berlatar sekitar perbukitan Ramallah, Jerusalem, dan Laut Mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar